Hi, its been a while, huh? :) Ini mumbling a.k.a contemplating edisi berapa aku juga udah lupa. Sebenernya, kebiasaan contemplating selama perjalanan diatas motor semacem jaman kuliah masih kulakukan sekarang, tapi entah kenapa berat banget untuk nulis hasil contemplatingnya biar aku tetep inget (karena aku anaknya kalau ga ditulis suka lupa :()
Life is getting more complicated like its supposed to be :)
You guys know that I'm writing this as I'm feeling like to talk to myself. This issue is something I might face again, 2-5 years from now, nevertheless I remember that had the answer. And this post is as the reminder.
This quotes really portrays how facing insecurities is actually that simple.
To be happy we need something to solve. Happiness is therefore a form of action -Mark Manson, in "The subtle art of not giving a f"
Sebenernya sesuai dengan hukum Newton, bahwa:
For every action there is an equal opposite reaction
(hukum ke 3 newton yang kumodif dikit HAHAHAHA):
action: BE HAPPY, reaction: against the insecurities
Q: Nah terus, bentuk insecurities kayak gimana yang paling common dihadapi?
A: Yang kayak gini nih poin besarnya:
Insecurities terhadap orang lain (in terms of prestasi, pencapaian, iman, dll dsb)
Yang mau aku highlight adalah;
poin eksistensi orang lain di kehidupan kita.
Jadi, sebenernya, kita butuh g sih eksistensi orang lain ini?
Oh
jelas butuh. Karena kalo kata Newton
(lagi, maap ini abis throwback masa SMA karena semalem abis ditelpon verdy plus reckta yang abis dinner terus kurecokin sampe tengah malem HAHAHAHAHAHA), ada yang namanya
teori relativitas.
Semua hal didunia ini memang relatif, relatif terhadap hal lain (re: orang lain).
Kita bisa bilang bahwa si A lebih baik, karena ada pembanding nya yaitu si B yang lebih kurang baik. Kita bisa bilang bahwa si A lebih pintar, karena ada pembandingnya yaitu si B yang lebih kurang pintar. Tapi dibalik kesempurnaan si A ternyata, dia tidak lebih baik dan lebih pintar dari si Z, yaitu gurunya.
Yang dimana berarti si A,B,Z ini merupakan orang lain terhadap individunya masing masing.
Ya jadi tolong
diambil positifnya aja jika
adanya rasa insecurities itu sebenernya membuat kita sadar bahwa eksistensi orang lain di dunia ini adalah tujuannya mengencourage kita untuk bisa menjadi lebih dari orang lain (apalagi untuk kaum MBTI Extrovert cem aku ini HAHAHAHA),
tanpa melupakan bahwa akan selalu ada orang yang lebih baik dari kita. Meanwhile, insecurities itu ga akan ada habisnya kalo mau diturutin terus, ya yang bisa dilakukan adalah melakukan
to be happy (plus perbanyak bersyukur pastinya).
Semoga cuitan ini bisa kuterapkan karena melakukan action tidak semudah menuliskan "action".
Regards.