Mari kita flash back...
Jadi hari itu, datanglah sebuah excavator yang telah diminta untuk meratakan bangunan di suatu daerah. Dalam hitungan menit, tembok tembok bangunan pun runtuh. Dalam sekejap kemudian, sebagian lain tembokpun hancur. Mengenaskan. Bagian tembok lainnya lagi yang masih bertahan mulai tertawa getir menunggu waktunya untuk hancur seperti yang lain. Jika Tembok itu bisa berbicara, aku yakin mereka akan menyalahkan si kontraktor karena tidak membangun dengan pondasi yang kuat. Pondasi yang seharusnya mampu meneruskan beban yang diterima si tembok menuju lapisan pendukung tembok tersebut, dan mencegahnya -setidaknya lebih lama untuk bertahan- agar tidak mudah diruntuhkan.
Jadi hari itu, datanglah sebuah excavator yang telah diminta untuk meratakan bangunan di suatu daerah. Dalam hitungan menit, tembok tembok bangunan pun runtuh. Dalam sekejap kemudian, sebagian lain tembokpun hancur. Mengenaskan. Bagian tembok lainnya lagi yang masih bertahan mulai tertawa getir menunggu waktunya untuk hancur seperti yang lain. Jika Tembok itu bisa berbicara, aku yakin mereka akan menyalahkan si kontraktor karena tidak membangun dengan pondasi yang kuat. Pondasi yang seharusnya mampu meneruskan beban yang diterima si tembok menuju lapisan pendukung tembok tersebut, dan mencegahnya -setidaknya lebih lama untuk bertahan- agar tidak mudah diruntuhkan.
Maka, anggaplah ini kesalahan si kontraktor yang salah memilih jenis beton yang digunakan. Tapi ada yang lebih menyedihkan dari itu. Bahwa si excavator ternyata meninggalkan sebagian tembok dari bangunan tersebut untuk bertahan. Kemudian tanpa tanda tanda, excavator datang kembali di lain hari, menyebabkan sisi tembok tersebut tidak dapat mempersiapkan diri untuk sekedar mengucap salam perpisahan kepada bagian lain yang masih bertahan, dan kemudian hancur begitu saja. Yah begitulah hal yang dilakukan excavator: datang dan pergi untuk meruntuhkan.
Untuk menghentikan kesemena menaan excavator ini, maka hanya ada satu hal yang dapat dilakukan. Yaitu tembok harus menanyakan apa maksud dari excavator melakukan itu semua. Karena si tembok bukanlah cenayang. Siapa yang tahu bahwa ternyata excavator bermaksud agar tembok yang tidak memiliki pondasi kuat itu dibangun ulang dengan perencanaan dan pemilihan material yang lebih baik. Namun sebaliknya, siapa tahu pula, excavator melakukan itu semua karena sang tuan tanah akan membangun bangunan lain dan memang tidak memerlukan tembok tersebut. Yah, apapun alasannya, yang terpenting adalah si tembok bukan cenayang yang dapat mengetahui maksud excavator tanpa bertanya.
sehingga inti dari cerita ini adalah malu bertanya sesat di hutan :)
oh ini toh maksudnya nanya excavator atau bulldozer
BalasHapusHAHAHAHAHAHAA gila ketahuan
Hapus